“Dan karena makin
bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” (Matius 24:12)
Dalam keramaian kadang ada orang yang justru merasa dirinya
seorang diri tidak ada yang mengerti atau peduli padanya. Seperti yang dialami
oleh seorang cewek yang barusan lulus SMU dan melanjutkan pendidikannya di
universitas swasta di kotanya. Dia mulai merasakan perbedaan antara menjadi
siswa dengan menjadi mahasiswa.
Kalo di SMU semua orang rasanya bisa menjadi teman, saling membantu dan peduli. Jika ada teman bermasalah maka masih dapat mengandalkan bantuan dari teman yang lain, nah kalo di kampus? Jangan harap!!
Kalo di SMU semua orang rasanya bisa menjadi teman, saling membantu dan peduli. Jika ada teman bermasalah maka masih dapat mengandalkan bantuan dari teman yang lain, nah kalo di kampus? Jangan harap!!
Di kampus ada kecenderungan tingkat individualisnya tinggi
banget, belum tentu saat kamu jatuh ada orang yang peduli, apalagi saat kamu
butuh pertolongan namun nggak meminta bantuan bisa jadi mereka nggak akan
menolong. Yah, memang sebenarnya ada juga kok orang-orang yang peduli dengan
orang lain yang mau membantu tanpa harus diminta terlebih dahulu. Guyz, semakin
dewasa seseorang kadang tingkat kepedulian terhadap orang lain semakin memudar
soalnya kebanyakan orang lebih mementingkan kepentingan pribadi. Bahkan Firman
Tuhan juga mengatakan kasih manusia menjadi semakin dingin, namun itu ga boleh
terjadi sama kita, karena kita udah mengenal Tuhan dan merasakan kasih-Nya
dengan melimpah.
So, it’s started with
us! Kita yang harus memulai menyebarkan kasih jika sekeliling kita tidak ada kasih. Kita harus mewarnai dunia
ini dengan kebaikan tapi tentu bukan dengan kekuatan kita karena tidak mungkin
kita bisa melakukannya sendirian. Bersama Tuhan segalanya pasti mungkin.
Dear Bro
BalasHapusSetuju banget bahwa ada kecenderungan semakin seseorang beranjak naik tingkat (dalam pendidikan, pekerjaan, dll) maka ada kecenderungan mengalami orientasi pada kedirian (self oriented), mungkin karena tuntutan yang makin tinggi seiring dengan status dan peran yang harus dijalankan agar sesuai dengan tuntutan status baru yang kini sedang ditempatinya (sebagai mahasiswa, sebagai direktur, sebagai istri, sebagai suami, dst) yang dengan sendirinya menuntut terpenuhinya peran yang harus dijalankan.
Itu masih belum cukup, ditambah lagi dengan terpaan berbagai media massa dan interaksi sosial yang terus dialami ybs. Dimana jika kurang pandai memilah-milah mana yang baik dan yang kurang baik yang perlu dicermati, maka akan memperparah semakin berorientasi pada kedirian yang sesungguhnya bukan asli dirinya. Menjadi penting, lembaga rumah tangga sebagi agen penanaman nilai-nalai spiritualitas, intelektualitas, emosionalitas, dan sosialitas yang selaras dengan tuntutan menghasilkan manusia-manusia yang berintegritas tinggi, beretika, bermoral dan berempati sosial yang tinggi untuk meningkatkan kinerja agar anak-anak ketika beranjak dewasa tidak menyimpang ke kira atau ke kanan yang mudah di bawa oleh arus perubahan zaman yang semakin egosentirs dan mati rasa sosialnya.
Menjadi penting ketika para orang tua sejak dini secara konsisten menjadi contoh bagaimana menjadi orang yang beriman, berintegritas, beretika dan bermoral tinggi. bagi anak-anaknya, maka ketika anak-anak beranjak dewasa, meski ini pun bukan jaminan, maka anak-anak, remaja dan pemuda telah memiliki suatu pola acuan yang dapat menjadi kerangka acuan berprilaku yang baik di masyarakat.